Arti Biidznillah, Penggunaanya, dan Bedanya dengan Insya Allah

Ghozali

Updated on:

Arti Kata Biidznillah, Jawaban, Dan Kapan Menggunakannya

Mataair.or.id – Salah satu kalimat yang saat ini tengah popular di media sosial adalah “biidznilah”. Apakah kalian tahu apa sebenarnya arti biidznillah?

Kapan seharusnya menggunakan biidznillah dan kapan menggunakan insya Allah?

Pada kesempatan ini, kami akan jelaskan secara lengkap mengenai arti biidznillah, perbedaaanya dengan insya Allah, serta bagaimana seharusnya menggunakan biidznillah dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan frasa “Biidznillah” sebagai status di media sosial telah menjadi fenomena yang cukup umum.

Frasa ini berasal dari bahasa Arab dan sering kali diterjemahkan sebagai “Dengan izin Allah” atau “Jika Allah menghendaki.”

Kehadirannya dalam konteks media sosial menunjukkan adanya upaya individu untuk mengungkapkan rasa syukur dan ketergantungan mereka terhadap kehendak Tuhan dalam segala aspek kehidupan.

Dengan menggunakannya dalam status, pengguna media sosial berusaha untuk merangkul pemahaman bahwa segala hal terjadi atas kehendak Allah.

Sehingga memunculkan rasa ketenangan dan harapan dalam menghadapi berbagai situasi.

Namun, penggunaan “Biidznillah” sebagai status juga mencerminkan pergeseran makna dalam penggunaan media sosial.

 

Ucapan “Biidznillah” Baik Digunakan dalam Keseharian

Seiring dengan perkembangan teknologi dan keterhubungan global, media sosial menjadi alat yang kuat untuk menyebarkan pesan dan informasi, baik yang positif maupun yang negatif.

Meskipun tujuannya seringkali niat baik, tidak dapat dihindari bahwa media sosial juga digunakan untuk menyebarkan hal-hal yang kontroversial, merugikan, atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai etika dan moral.

Dalam konteks ini, penggunaan “Biidznillah” sebagai status menjadi sebuah kontras menarik, karena meskipun digunakan untuk berbicara tentang kehendak Allah yang baik, media sosial juga seringkali dipenuhi dengan konten yang beragam dan tidak selalu positif.

Dengan demikian, penggunaan frasa “Biidznillah” sebagai status di media sosial mencerminkan dinamika kompleks.

Antara niat baik untuk menyebarkan hal-hal yang positif dengan realitas bahwa media sosial juga menjadi wadah untuk berbagai bentuk konten.

Hal ini mengajak kita untuk memikirkan kembali bagaimana kita menggunakan media sosial dengan bijak.

Menjadikan platform ini sebagai alat untuk berkontribusi pada kebaikan dan keberkahan.

Sekaligus menjaga keselarasan antara nilai-nilai yang dijunjung dan konten yang kita sampaikan kepada dunia maya.

 

Bagaimana Tulisan Arab Biidznillah?

Tulisan “Biidznillah” dalam bahasa Arab adalah: بإذن الله

Cara pengucapannya: “Biidznillah” diucapkan sebagai “Bii-dz-nil-lah”.

Di sini, beberapa suara seperti “dz” mungkin tidak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, tetapi pengucapan umumnya mirip dengan pengucapan huruf “z” dalam kata “zat” atau “zaman”.

Jadi, pengucapannya akan menjadi sekitar “bi-idz-nil-lah”.

Arti Kata Biidznillah, Jawaban, Dan Kapan Menggunakannya
Arti Kata Biidznillah, Jawaban, Dan Kapan Menggunakannya

 

Apa Arti Biidznillah?

Arti dari “Biidznillah” dalam bahasa Arab bermakna “Dengan izin Allah” atau “Jika Allah menghendaki.”

Frasa ini mengandung konsep keyakinan bahwa segala hal terjadi atas kehendak dan izin Allah.

Dalam banyak konteks, frasa ini digunakan untuk mengungkapkan rasa harapan, kepercayaan, dan ketergantungan terhadap rencana dan kehendak Tuhan dalam berbagai aspek kehidupan.

Pemakaian biidznillah ini juga mencerminkan sikap rendah hati dan kesadaran akan ketidakpastian dalam kehidupan manusia, serta pengakuan bahwa segala sesuatu tergantung pada kehendak dan rancangan Allah.

Dengan mengucapkan kata ini, seseorang secara tidak langsung mengakui bahwa ia bukanlah pemegang kendali penuh atas kehidupannya.

Melainkan Allah yang memiliki kekuasaan mutlak.

Sikap rendah hati ini tercermin dalam pengertian bahwa individu tidak merasa memiliki semua jawaban atau solusi atas segala hal.

Melainkan mengandalkan kebijaksanaan dan keputusan Allah.

Selain itu, penggunaan “Biidznillah” juga mencerminkan kesadaran akan ketidakpastian dalam kehidupan manusia.

Ini mengingatkan bahwa meskipun kita dapat merencanakan dan berusaha dengan sebaik-baiknya, akhirnya keputusan dan hasil ada di tangan Allah.

Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami seluruh kompleksitas dan konsekuensi dari setiap tindakan atau rencana yang diambil.

Dengan demikian, frasa ini mengingatkan kita untuk tetap rendah hati dalam menghadapi ketidakpastian dan keterbatasan tersebut.

Pengakuan bahwa segala sesuatu tergantung pada kehendak dan rancangan Allah juga terwujud dalam pemakaian frasa “Biidznillah”.

Ini menunjukkan bahwa individu tidak hanya bergantung pada usaha dan keputusan manusia semata, tetapi juga mengandalkan kuasa dan rencana Allah yang lebih tinggi.

Penggunaan frasa ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan, kegagalan, atau apa pun yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang maha bijaksana.

Dengan demikian, kata “Biidznillah” mengajarkan kita untuk merendahkan diri, berserah diri, dan menerima setiap hal.

Dengan penuh keyakinan bahwa Allah yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kita.

 

Kapan Biidznillah Digunakan/Diucapkan?

Kalimat “Biidznillah” sering digunakan dalam berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari oleh umat Islam sebagai bentuk pengakuan terhadap kehendak dan kuasa Allah.

Berikut adalah beberapa contoh situasi di mana kalimat “Biidznillah” bisa digunakan:

  1. Biidznillah Digunakan Sebelum Memulai Tindakan

Sebelum memulai aktivitas atau tindakan penting, seperti ujian, pekerjaan, atau perjalanan.

Seseorang dapat mengucapkan “Biidznillah” sebagai doa dan harapan agar tindakan tersebut berhasil sesuai dengan kehendak Allah.

 

  1. Gunakan Biidznillah Setelah Meraih Keberhasilan

Setelah meraih sukses atau pencapaian dalam berbagai bidang, seperti akademik, pekerjaan, atau olahraga.

Seseorang dapat menggunakan “Biidznillah” untuk mengungkapkan rasa syukur dan pengakuan bahwa keberhasilan tersebut adalah atas izin Allah.

 

  1. Ketika Menghadapi Tantangan atau Kesulitan Ucapkan Biidznillah

Dalam menghadapi kesulitan, cobaan, atau situasi sulit, seseorang dapat mengucapkan “Biidznillah”.

Sebagai bentuk kesediaan untuk menerima segala hal yang terjadi, menunjukkan keyakinan bahwa Allah mengatur segalanya.

 

  1. Biidznillah untuk Berbagi Kabar Baik

Saat berbagi berita baik dengan teman, keluarga, atau rekan kerja, “Biidznillah” dapat digunakan.

Untuk menunjukkan bahwa berita baik tersebut adalah hasil dari kehendak Allah dan bukan semata-mata karena usaha manusia.

 

  1. Ucapkan Biidznillah Untuk Memberikan Nasehat atau Sokongan

Dalam memberikan nasehat atau dukungan kepada orang lain.

Penggunaan “Biidznillah” dapat mengingatkan mereka untuk berserah diri kepada Allah dan menjaga sikap rendah hati dalam menghadapi segala situasi.

 

  1. Saat Mengakhiri Percakapan Ucapkan

Beberapa orang mengakhiri percakapan dengan teman atau anggota keluarga dengan mengucapkan “Biidznillah” sebagai doa.

Serta harapan baik untuk keselamatan dan keberkahan.

 

  1. Ketika akan Merencanakan Masa Depan Ucapkan Biidznillah

Ketika merencanakan masa depan atau membuat rencana jangka panjang, “Biidznillah” dapat digunakan sebagai pengingat bahwa segala rencana tergantung pada kehendak Allah.

 

  1. Jika ingin Menyatakan Tujuan atau Impian Ucapkan Biidznillah

Saat menyatakan tujuan atau impian, “Biidznillah” dapat digunakan untuk mengakui bahwa pencapaian tujuan tersebut akan terjadi sesuai dengan kehendak Allah.

 

  1. Jika Menghadapi Perubahan atau Ketidakpastian

Dalam menghadapi perubahan tak terduga atau situasi yang tidak pasti, “Biidznillah” dapat digunakan untuk menjaga sikap positif dan ketenangan.

Penting untuk diingat bahwa “Biidznillah” adalah ungkapan yang mencerminkan keyakinan dan sikap hati.

Penggunaannya tergantung pada konteks dan niat di balik pengucapannya.

 

Apa Perbedaan Biidznillah dengan Insya Allah?

Ucapan “Biidznillah” dan “Insya Allah” adalah dua frasa dalam bahasa Arab yang sering digunakan dalam situasi pengakuan segala hal atas kehendak Allah.

Secara harfiah arti biidznillah memnag hampir sama dengan Inysa Allah.

Meskipun keduanya memiliki makna yang mirip, ada perbedaan dalam penggunaan dan nuansa di antara keduanya:

Perbedaan

Biidznillah

Insya Allah

Arti/Makna “Dengan izin Allah” atau “Jika Allah menghendaki.” “Jika Allah menghendaki” atau “Jika Allah berkehendak.”
Penggunaan Frasa ini mengacu pada keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi atas izin dan kehendak Allah. Penggunaan “Biidznillah” menunjukkan ketergantungan pada kehendak Tuhan dalam semua aspek kehidupan. “Insya Allah” digunakan untuk menunjukkan rencana atau harapan seseorang, tetapi dengan kesadaran bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Ini mencerminkan sikap rendah hati dan pengakuan atas ketergantungan kepada Tuhan.
Contoh Penggunaan Digunakan sebelum atau setelah tindakan untuk mengekspresikan harapan atau ketentuan Allah dalam hal tersebut. Misalnya, “Aku akan mencoba wawancara kerja besok, biidznillah.” Digunakan saat menyatakan niat atau rencana di masa depan, tetapi juga menekankan bahwa pencapaian rencana tersebut tergantung pada kehendak Allah. Misalnya, “Saya akan datang ke acara kamu besok, insya Allah.”

 

Perbedaan utama antara kedua frasa ini adalah bahwa “Biidznillah” secara langsung menekankan penggunaan izin Allah dalam suatu tindakan atau situasi.

Sedangkan “Insya Allah” lebih umum digunakan untuk merujuk pada rencana atau harapan di masa depan dengan pengakuan bahwa segala sesuatu tergantung pada kehendak Allah.

Keduanya mencerminkan sikap rendah hati, ketergantungan pada Allah, dan kesadaran akan ketidakpastian dalam hidup.

 

Dalil tentang ucapan Biidznillah Arab, Latin, dan Artinya

Dalil tentang penggunaan frasa “Biidznillah” dalam bahasa Arab dapat ditemukan dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis.

Berikut adalah salah satu hadis yang mengacu pada penggunaan frasa ini:

Hadis: روي عن أنس بن مالك أن النبي ﷺ قال: “لا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُم إِلا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ” (رواه مسلم)

 

Ruwiya ‘an Anas bin Malik anna al-Nabiyy ﷺ qala: “La yamutanna ahadukum illa wahwa yuhsinu alzhanna billah.” (Riwayat Muslim)

Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Tidaklah seorang dari kalian meninggal kecuali dia memiliki prasangka baik terhadap Allah.” (Hadis Riwayat Muslim)

 

Meskipun dalam hadis ini tidak disebutkan secara langsung frasa “Biidznillah,” pesan dalam hadis ini mencerminkan sikap optimis dan prasangka baik terhadap Allah dalam segala situasi, yang serupa dengan semangat “Biidznillah.”

Hadis ini mengajarkan pentingnya mempertahankan keyakinan positif terhadap Allah dalam segala aspek kehidupan.

Sementara itu, dalam Al-Qur’an, tidak ada ayat yang secara eksplisit mengandung frasa “Biidznillah,”.

Tetapi konsep pengakuan kehendak Allah dan ketergantungan kepada-Nya sering kali diungkapkan melalui berbagai ayat yang menekankan ketidakpastian dan kontrol Allah terhadap segala sesuatu.

Harap dicatat bahwa penggunaan langsung frasa “Biidznillah” mungkin tidak begitu umum dalam teks-teks klasik.

Tetapi konsep yang diwakilkan oleh frasa ini tercermin dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadis yang mengajarkan prinsip-prinsip ketergantungan dan tawakkal (berserah diri) kepada Allah.

Baca juga:

 

Dalil Tentang Berserah diri Kepada Allah dan Makna Biidznillah

Menggunakan Ucapan Biidznillah, juga berarti kita berikhtiar dan menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Berserah diri kepada Allah, dikenal dengan istilah “tawakkal,” adalah prinsip fundamental dalam Islam.

Demikian sejatinya arti biidznillah.

Ini mengajarkan bahwa manusia harus mengandalkan dan mempercayai Allah dalam segala hal, serta meletakkan kepercayaan penuh pada rencana-Nya.

Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis yang mengemukakan tentang prinsip tawakkal:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S. Al-Imran 3:159)

 

Dalam Surat At Taubah

“Katakanlah: ‘Tidak akan menimpa kami, kecuali apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami dan hanya kepada Allahlah orang-orang yang beriman harus bertawakkal.’ (Q.S. At-Tawbah 9:51)

 

Kesimpulan

Setelah mempelajari arti biidznillah. Kita tahu bahwa penggunaan “Biidznillah” dalam berbagai situasi menunjukkan pengakuan bahwa segala sesuatu terjadi atas izin dan kehendak Allah dalam saat ini, dan bahwa harapan serta upaya manusia tergantung pada kuasa-Nya.

Sementara itu, “Insya Allah” digunakan untuk merencanakan masa depan dengan kesadaran bahwa hasil akhir ditentukan oleh kehendak Allah.

Insya Allah menggambarkan harapan dan rendah hati dalam menghadapi ketidakpastian rencana manusia.

Dalam keduanya, ada ungkapan tawakkal dan keyakinan pada Allah yang memberi arah dan makna dalam setiap langkah kehidupan.

Berikut contoh penggunaan biidznillah dan insya Allah dalam beberapa situasi:

  • “Aku akan menghadapi ujian besok, biidznillah semuanya berjalan lancar.”
  • “Saya akan mencoba wawancara kerja hari ini, biidznillah saya diterima.”
  • “Kami akan meluncurkan produk baru bulan depan, biidznillah akan sukses di pasaran.”
  • “Aku akan memulai perjalanan jauh, biidznillah sampai tujuan dengan selamat.”
  • “Saya akan menyelesaikan proyek ini dalam waktu singkat, biidznillah tanpa kendala berarti.”

 

Contoh Penggunaan “Insya Allah”:

  • “Aku akan datang ke acara ulang tahunmu besok, insya Allah.”
  • “Kami akan berkumpul untuk rapat pada pukul 10 pagi, insya Allah.”
  • “Saya akan mengunjungi nenek di rumah sakit sore ini, insya Allah dia segera sembuh.”
  • “Aku berencana pergi ke masjid untuk shalat Jumat, insya Allah.”
  • “Kami akan menyelesaikan proyek ini sebelum batas waktu yang ditetapkan, insya Allah.”

Dalam contoh-contoh di atas, penggunaan “Biidznillah” lebih menunjukkan ketergantungan dan harapan pada izin Allah dalam situasi tertentu.

Sedangkan “Insya Allah” lebih menekankan aspek harapan dengan mengakui bahwa segala sesuatu tergantung pada kehendak Allah di masa depan.